Sedikit Harapan di Dalam Kegelapan yang Mencengkram Dunia
Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku, ras, budaya, dan kekayaan lainnya namun di dalam keindahan tersebut. Kita tidak jarang juga menjumpai sisi yang membikin seolah-olah kekayaan tersebut adalah kutukan, yah mungkin kalian sudah tau yang saya maksud adalah ketimpangan sosial.
Perkenalkan dia Fajar Slamet, orang biasa memanggil si bokur atau berarti bocah kekurangan. Dia terlahir dari broken home, ibu Fajar meninggal, ayahnya menikah lagi dan Fajar ditinggal meninggal oleh neneknya saat smp. Fajar hanya bekerja serabutan pada masa remajanya baru saja ngehits-ngehitsnya content creator dan Fajar sendiri ingin berkarir seperti itu namun nasib berkata lain.
“Ya Allah andai saja aku bisa memiliki hp saja, mungkin bisa saya bikin konten dan menghasilkan banyak duit,” ujar Fajar sambil sedih.
“Kapan ya bisa saya punya hp sendiri,” ujar Fajar seraya meneteskan air mata.
“Jangankan punya hp/alat elektronik untuk berkarir seperti itu, tidak wafat karena kelaparan alhamdulillah,” ujar Fajar sambil memegang perutnya
Di sini walau Fajar punya bakat menggambar untuk bahan konten namun rupanya lingkungan Fajar menganggap kalau orang berkarir di seni dan dunia digital sama halnya pengangguran. Padahal untuk menentukan sukses tidaknya suatu karir itu bukan dari apa yang dia usahakan melainkan dari hasil yang diperoleh.
Fajar bersekolah di SMA SUKSES di salah satu sekolah cukup favorit di JABODETABEK.
Fajar tiap hari di bully baik bully verbal,non verbal atau sejenisnya. Dikarenakan dia merupakan seorang kutu buku dan orang yang paling jujur. Berkatnya tindakkan kriminal di sekolahnya yang mengancam kehormatan hingga nyawa dapat dicegah dengan cara mengadu kepada guru-guru hingga kesiswaan. Namun di sela-sela jam istirahatnya.
“WOI Bokur sini lu maksud lu apaan ngadu ke Ibu Sinta kalau kita nyontek!” Salah satu sautan dari pem-bully.
“Jangan lari pecundang sini lu,” ujar salah satu teman pembullynya.
“Kurang ajar, habisi dia kawan kita kasih faham bahwa hanya orang berduit dan pejabat yang bisa berkuasa!” teriak si pembully sambil memegang cambuk
“Ya tuhan apalagi ini, mati dah gue kalau sampai ketangkap,” ujar Fajar dalam hatinya.
Fajar yang merasa panik akhirnya kabur, namun saat fajar sedang kabur ya wajar sih salah satu pembully ini panggil aja sih Edo merupakan penguasa sekolah bagaimana tidak, bapak dia aja Bintang 4 dan juga termasuk konglomerat penguasa bumi timur dan juga dia pemimpin geng terbesar di kawasan sekitar sekolahnya, dan pastinya dia juga memiliki kehidupannya berkecukupan apalagi buat bayar orang biar jadi 1 gengnya. Tibalah Edo memanggil seluruh yang dikenal bokapnya untuk membantu menghajar sih Fajar. Saat
Fajar sedang di kejar akhirnya Fajar terkepung banyak orang-orang badan kekar ibaratnya sekumpulan orang yang berjumlah banyak dengan raut wajah dingin otot kawat tulang besi.
Fajar tidak tau mereka berasal dari angkatan mana karena ternyata orang suruhannya yang dipanggil Edo merupakan sekumpulan orang dari 3 angkatan. Mereka berhasil mengepung Fajar lalu Fajar di pukul disuntik bius lalu di siksa. Di suatu ruangan gelap dan mengerikan
“Aduh sakitnya apakah saya sudah mati,” kata fajar saat tersadar.
“Makanya jangan macam-macam bersyukur lu cuman gw cambuk coba kalau gw siksa beneran layaknya musuh bisa mati dah lu,” ucap si Edo sambil ketawa.
“Udah ini mah habisi ini aja bos, gak ada yang bisa lawan bos juga, si bokur kek orang kurang ajar emang gak pantas hidup karena yang berhak hidup di surga dunia ini hanya orang-orang elit seperti si bos,” ucap salah satu anak buahnya sambil ketawa jahat.
“A-ampun Do gue janji gak bakal lapor dirimu lagi ampun,” tangis Fajar seraya memohon.
“Ampun lu kata? EH asal lu tau karena lu udahlah miskin nyusahin pula. Muka gw mau taru dimana apalagi karena lu, gw di permalukan di sekolah bahkan memalukan di depan dia,” amarah Edo sambil mencekik Fajar.
“Janji-janji suer gak bakal mengulang lagi,” ujar Fajar dengan berpasrah.
“Baik gw bakal lepas lu asal lu harus gw cambuk 1000x agar menjadi pengingat kalau jangan pernah bermain-main dengan elit negara seperti gue,” jawab Edo dengan mengancam.
Akhirnya Fajar pun diizinkan pulang dalam keadaan seperti orang kalah perang. Banyak orang yang tidak peduli sama orang seperti Fajar apalagi setelah Fajar di bully udah kayak orang sekarat saja penampilan ini wajar orang-orang menganggap bahwa orang berduit dan elit lah yang pantas diperlakukan seperti raja sedangkan kaum kelas bawah seperti Fajar hanya diperlakukan pantas jika ada maunya atau mau mengambil suara kami.
Yah walau hidup tidak adil namun Tuhan sangat adil buktinya walau Fajar hanya punya bakat seni setiap ada lomba pasti Fajar terus yang di wakilkan dan Fajar juga punya bakat pandai menutur kata dan berbicara seperti tokoh-tokoh terkenal kayak Pak Anies dan Pak Rocky gerung dan Fajar lumayan terkenal dan dilirik di kaum hawa karena gaya dia terampil dalam berbicara layaknya profesor dan jenisnya yang memukau sekelas Leonardo da Vinci.
Saat di kelas sedang belajar datang anak baru lumayan lah cantik,bening,pokoknya the best lah memperkenalkan diri dan ternyata sekelas sama Fajar.
“Ya Tuhan permata apa ini cantiknya seperti emas indahnya seperti berlian dan juga lumayan bagus muka bocil tubuh kakak SMA,” ucapku dalam hati.
“Namun perlu diingat sadar diri itu wajib, orang kayak saya mau berharap apa sih kayak bisa bahagian anak orang aja,” ujarnya sambil tersenyum,.
“Dia memang tidak pantas bersanding denganku. Jangankan mengharapkan, bahagiakan diri sendiri saja susah apalagi bahagiakan anak orang”Ujar dalam benak hatinya.
Istirahat pun tiba seperti biasa Fajar ini orangnya gampang bosen akhirnya jalan-jalan muter-muter sekolah dan pas Fajar tiba di kantin Fajar melihat Edo mencoba menggoda sih anak baru itu dan akhirnya Fajar pergi tidak menghiraukannya dan lekas balik ke kelasnya.
Saat Fajar di kelas sendiri si anak baru tersebut lirik Fajar terus menerus dan dia mendatangi sih fajar untuk sekedar berbicara dan akhirnya mereka saling memperkenalkan diri.
“Hello perkenalkan nama saya Nur, namamu siapa?" tanya dia sambil tersenyum.
“Oh perkenalkan nama saya Fajar senang berkenalan dengan dirimu,” ucap Fajar seraya menundukkan pandangan.
“Kamu kenapa kok nunduk ada apa Fajar?” tanya Nur dengan tersenyum.
“Tidak apa-apa cuman saya canggung saja setiap berbicara dengan wanita sepertimu,” ujar Fajar dengan senyum tipis.
“Ya ampun bisa aja, kamu tuh ganteng,keren, pinter pula kok ada ya yang bully kamu,” ujar Nur.
Akhirnya 1 bulan setelahnya mereka menjalankan pertemanan setelah perkenalan si Nur pun turut prihatin atas hidupku dan Fajar pun prihatin terhadapnya hidupnya walau dia selevel dengan edo namun dia bisa bertemu kedua ortunya hanya 1 tahun sekali karena bapaknya merupakan pengusaha sukses dan mempunyai bisnis di luar negeri maknya merupakan profesor dari institusi ternama yang sedang melakukan penelitian di antartika .
Mereka pun akhirnya memutuskan saling membantu untuk meringankan beban merle.
Si Nur membantu biaya kehidupannya termasuk pendidikan dan Fajar yang akhirnya yang handa; belajar cepat terhadap sesuatu membantu memberikan kasih sayang layaknya sahabat dan membantu jika dia kesulitan dalam hal belajar. Mereka pun kini makin dekat pertemanan
Saat dalam obrolan mereka, Fajar berniat iseng ngasih kata-kata bagus buat dirinya kayak semacam gombal agar trauma masa lalunya terhadap percintaan reda
“Nur kamu tau gak?” tanyaku.
“Tau apa Jar?” sautnya.
“Nur dalam Bahasa arab berarti Cahaya kamu adalah Cahaya yang berpancar di dalam kegelapan hidupku kamu bagaikan permata yang indah yang menghiasi dunia ini kamu membuatku nyaman saat dunia tak adil kamu bagaikan Cahaya bulan purnama yang menerangi kegelapan yang mencengkram dunia ini kamu adalah berlian yang menyinari gelapnya hidupku makasih kau ada di sisiku,” ujar Fajar sambil tersenyum.
“Kamu bisa aja, kamu tau tidak kamu itu bagaikan ksatria pangeran didalam hidupku walau banyak orang membully mu karena kamu kurang mampu namun di hatiku kamu seperti komandan yang mengarahkan ku kejalan yang benar mungkin tanpamu mana mungkin aku bisa bertahan sejauh ini kamu makan jadi pendamping hidupku wahai ksatria muda,” balasnya seraya senyum-senyum malu.
Setelah terdengar seperti itu Fajar merasa panik emang Fajar menyukai gadis ini bagaimanapun dia ada saat Fajar sedang susah namun disisi lain Edo juga menyukainya.
Tibalah Edo melihat kejadian mereka bermesraan di pinggiran lapangan.
“Wah-wah romantic ya si anak miskin ini dengan anak kolongmerat. Maksudnya apaan nih si bokur deketin gadis gw wah harus diberi pelajaran,” ujar Edo dalam benak hatinya.
“Harus gw beri Pelajaran agar tau batasannya bagi kaum sekelasnya,” ucap Edo dengan marah.
Saat pulang sekolah Fajar diculik oleh segerombolan orang berbaju hitam sedangkan Nur yang akhirnya dijemput oleh kedua orang tuanya melihat kejadian tersebut dan akhirnya Nur meminta orang tuanya membantu dan mencari Fajar yang telah di culik.
Awalnya orang tuanya tidak menghiraukannya namun saat Nur cerita kebaikan Fajarnya membuat kedua orang tuanya terharu. Langsung saja ortunya menolong di sisi lain Fajar
Di suatu gudang entah berantah di dalam perkampungan yang kumuh dan tidak terurus
“Woi miskin bangun lu bokur,” ucap Edo sambil menyiksa
“S-sakit kamu mau ngapain aku,” rintihan Fajar.
“Yaelah pake nanya minggir lu miskin, eh bokur maksud lu apaan godain cewek gw udah gak usah pakai drama kaya drama indosiar masih ingat gw bilang beberapa bulan kalau gw bisa nyiksa lu layaknya musuh,” ujar Edo dengan nada tinggi.
“Gadis yang mana edo,” tanya Fajar seraya meneteskan air mata.
“Gak usah pake alasan kau gadis sih Cut’ Nur Cana anak kelas lu kelas IPA 1 yakan gak usah alasan,” ujar Edo dengan marah.
Akhirnya Edo menyiksa Fajar tanpa ampun dan saat Fajar sekarat di dalam mimpinya bertemu dengan kakek-kakek berjubah hitam bermuka sinar dan terdapat mata dengan motif segi enam dengan garisan hitam dan warna dasar merah. Di suatu lereng yang menjulang
Kakek tersebut buta sebelah tangannya kirinya tidak ada, berbaju hitam.
“Bangun sadar lah wahai anak muda,” ucap Kakek tersebut.
“Sadarlah, sadarlah,” ujarnya
Fajar pun terbangun.
“Apakah saya sudah mati apakah kakei adalah malaikat penanya amal?” tanya Fajar dengan kebingungan.
“Bukan wahai anak muda kakek adalah kakek keadilan,” jawab si kakek tersebut
“Hmm mana ada keadilan gak usah ngadi-ngadi kakek juga penampilannya kek karakter serial anime aja,” ujar Fajar.
Karena Fajar tidak mempercayai nya akhirnya kakek tersebut menunjukan sihir yang menakjubkan dan beberapa jurus seperti jurus Teknik sembur api,jurus petir, dan Teknik jurus lainnya. Fajar pun terpukau dengan jurus tersebut dan memulai memercayai keberadaanya
Dan akhirnya fajar curhat seluruh masalah hidup yang dialami dan saat ia mulai tersadar kakek tersebut mengasih suatu benda.
“Tolong jaga benda ini dan pakailah jika terdesak,” ucap Kakek tersebut.
Saat Fajar tersadar secara bersamaan Edo terhempas seperti ada sihir yang mendorongnya.
“Astaga apa ini?” tanya Edo yang terheran.
Fajar melihat pedang di samping dirinya.
“Inikah benda yang dimaksud kakek itu, baiklah jika begitu saya akan pakai,” ucap Fajar dalam hatinya.
Pertarungan sengit pun dimulai seraya membuka pedang dari sarungnya bak seperti ksatria Napoleon yang bersiap perang Fajar pun siap berperang dengan Edo saat Fajar ingin menebasnya tiba-tiba.
“Korewa sen suiton,” ucap Fajar seraya menebas pedang ke tanah.
“ Apa-apaan nih kok ada air?” tanya salah satu teman pem-bully-nya.
“Kuro katon nippon!” ucap Fajar sekali lagi
“Aa-mpun Jar jangan bakar kami ampun,” tangis Edo seraya memohon.
“Baik tapi kalian harus menyerahkan diri ke kantor polis,” ujar Fajar
“B-baik,” jawab Edo sambil senyum
DOOR DOOR DOOR! Suara 3 kali tembakan pistol yang ditembakkan Edo tepat di jantung, kepala, dan paru-parunya.
“Rasakan, emang masih zaman main pedang-pedangan rasakan senjata modern ini hahahaha lawak lu miskin,” ujar Edo yang bersemangat.
Fajar pun tepar, gerombolan yang menculik tersebut sudah siap mengoperasi Fajar untuk diambil organnya, Fajar pun sudah kehilangan banyak darah namun sepertinya fajar masih ada harapan karena ternyata pedang yang ia pegang bukan sembarang pedang pedang tersebut merupakan Mustika dari beberapa mustika bahkan pernah di pakai oleh salah satu prajurit Raden Kian Santang. Pedang tersebut mengeluarkan Cahaya dan masuk kedalam tubuh Fajar beserta seluruh ilmu-ilmu sihir.
“Mustahil, mana ada pedang kayak gitu walau pedang tersebut menyimpan energi plasma yang bisa menghasilkan kristal untuk membekukan lubang di cekungan yang ia lewati ini sudah lebih bahkan di atas teknologi nano dan sudah diatas di hukum fisika manapun bahkan apakah ini yang dinamakan dunia quantum,” ujar Edo yang panik.
Akhirnya Fajar pun bangkit dan seketika menyerang Edo skala habis-habisan berkat beberapa jurus yang ia sempat pelajari sama kakek tersebut.
“Rasakan nih Jurus Semburan Api Besar,” ucap Fajar.
Edo pun terhempas, Edo langsung mengambil senapan dan membrodolkan Fajar.
“Rasakan nih bokur,” ucap Edo.
“Jurus angin beliun,” ucap Fajar
Peluru-peluru tersebut tidak mengenai Fajar karena perisai angin tersebut dan membuat Edo panik.
Dan akhirnya Fajar mengeluarkan seluruh jurusnya yang membuat Edo kalah.
“A-ampun udah jangan serang lagi.” Permintaan terakhir Edo sebelum pingsan.
Setelah kejadian para pasukan pun menyerbu tempat tersebut dan kelompok Edo ditangkap dan akhirnya para pihak berwenang menemukan bahwa ayah si Edo telah menggunakan jabatannya dengan sewenang-wenang dan akhirnya hakim memutuskan Edo di penjara dan untuk ayahnya karena telah merugikan negara dengan kasus korupsi 500T dan telah mempekerjakan kartel untuk bisnis resmi dihukum mati.
10 Tahun kemudian setelah kejadian tersebut....
Fajar telah menyelesaikan Pendidikan S3nya di USA dan telah menjadi orang terkaya sedunia berkat bisnis mineral dan teknologi.
Ia mengendarai mobil kesukaannya Roll Royce Phantom ke rumah Nur untuk meminang dia.
Dan Akhirnya mereka menikah dan 2 tahun setelahnya mereka dikaruniakan 2 buah anak dan mereka pergi ke Saudi Arabia untuk memulai kehidupan mereka.
Satriyanto Putra Trisna, penulis muda asal Depok. Aktif menulis cerpen bertema cinta, sosial, dan fantasi. Suka mengeksplorasi emosi remaja melalui sudut pandang minoritas. Masih SMA, namun punya mimpi besar membawa karya saya ke dunia.